Perang Palapudu

Perang Palapudu yang Tergusur Permainan Perang Daring

deLira – Lilo, Purinjo, Vio, Iyan, Uo dan sejumlah anak di Dusun Loyo, Desa Dulamayo, berlarian di halaman rumah salah satu warga setempat. Mereka terlihat bersemangat saling kejar.

Sambil berlari, mereka memegang sesuatu yang terbuat dari bambu berukuran kecil. Satu bilah bambu berdiameter kecil, sepanjang 25 centimeter sebagai laras, dipegang di tangan kiri. Sedangkan di tangan kanannya memegang tangkai bambu dengan bilah bambu yang telah dirampingkan. Sedikit lebih pendek dibanding laras bambunya. Bilah bambu itu sebagai pelantuk. Ujung bambu yang telah dirampingkan itu, sedikit masuk ke bambu kecil yang ada di tangan kiri mereka.

Suara Tembakan Senapan Bambu

Pluk….. Suara itu terdengar saat  Lilo mendorong bilah bambu ramping bertangkai pangkal bambu (pelatuk, red), ke dalam laras bambu bulat di tangan kirinya. Gumpalan kertas kecil pun meluncur dari moncong laras bambu miliknya.

Saling Kejar Tembak Lawan dengan Palapudu

Vio merunduk menghindari peluru kertas yang dimuntahkan laras senapan bambu Lilo, tembakan Lilo meleset sekira sejengkal dari kepalanya.

Melihat tembakannya tidak mengenai sasaran, Lilo berlari menjauh dari Vio. Kini Vio berganti mengejar Lilo. Dengan senjata sejenis, Vio berusaha menembak Lilo.

Pluk… Suara itu kembali terdengar, kali ini suara yang muncul dari laras senapan bambu milik Vio lebih keras dibandingkan suara senjata bambu Lilo. Tembakan Vio juga tidak mengenai sasaran, karena Lilo dengan gesit melompat ke samping, menghindari peluru kertas yang dimuntahkan laras senapan bambu Vio.

“Tidak kena,” teriak Lilo sembari berlari.

Bersembunyi Intai Lawan

Lilo bersembunyi dibalik pohon kelapa, dia mengisi kembali laras bumbunya dengan secuil kertas basah. Dipukul-pukulnya kertas basah diujung pangkal laras senapan bambu dengan pangkal pelatuk, agar kertas itu masuk ke dalam larasnya. Dengan ujung bambu pelatuk, Lilo mendorong sedikit peluru kertas ke dalam laras senapan bambunya. senjata bambu di tangan Lilo siap ditembakkan kembali.

Di bagian medan perang yang lain, Iyan dan Uo mengedap-endap di antara pepohonan. Mereka mengintai musuh yang akan ditembak dengan senjata bumbu, yang siap memuntahkan peluru kertas.

Bersembunyi Mengintai Lawan

Purinjo menjadi sasaran tembak mereka. Diserang oleh dua orang sekaligus, Purinjo tidak dapat berkutik. Peluru kertas dari senjata Iyan dan Uo, tepat bersarang di punggungnya.

Sore itu, meski perang antara dua kelompok bersenjata senapan bambu berlangsung sengit, namun gelak tawa, dan adegan lucu yang memancing tawa, mewarnai perang palapudu di dusun nan asri itu.

Ya… Senapan dari bambu berpeluru kertas basah itu, dalam bahasa Gorontalo disebut palapudu. Dimainkan secara berkelompok, perang palapudu akan sangat mengasyikkan. Jangankan bermain langsung, yang menonton dari teras rumah di pinggir medan perang pun, merasa terhibur dengan  keseruannya.

Palapudu Siap Ditembakkan

Tergusur Permain Perang Daring

Era telah berubah, anak-anak jaman sekarang sudah jarang memaikan perang palapudu. Mereka lebih asik bermain permainan daring sepeti Free Fire (FF, red) atau PUBG.

Keseruan saling kejar, saling intai dan melompat menghindari peluru, tidak lagi mereka rasakan. Mereka hanya menunduk menatap layar gawai pintar, dan memainkan jempolnya dengan lincah. Mereka bahkan tidak pernah tahu siapa lawan atau kawan yang bermain bersamanya.

Jadi Cerita di Masa Kecil

Sang surya semakin condong ke ufuk barat, siap menuju ke peraduannya. Perang palapudu anak-anak kampung itu telah usai.  Mereka tengah asik membahas perang yang baru saja mereka tuntaskan.

“Lilo pulang, sebentar lagi magrib,” seru Mama Lilo memanggil anaknya untuk segera pulang.

Pasukan perang Lilo dan Vio pun bubar dan pulang ke rumah masing-masing. Mereka berjanji akan bermain lagi esok hari.

“Besok main lagi ya,” kata Lilo.

“Oke,” jawab anak-anak lainnya secara bersamaan. *****